Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Saya amat bersyukur saat ini tinggal di rumah yang memiliki pekarangan belakang cukup luas. Sehingga kami bisa memanfaatkannya untuk menanam aneka tanaman, mulai dari toga, pohon alpukat, hingga beberapa jenis tanaman konsumsi.
Selain aneka tumbuhan, pekarangan belakang kami pun menjadi tempat tinggal atau sekadar mampir sejumlah binatang. Sebut saja: burung emprit, burung dara, tawon, kupu-kupu, kepik, bunglon, kadal, bekicot, sirpoh, belalang, laba-laba, kelabang, lipan, tikus, kecoa, kucing, hingga semut.
Mirip kebun binatang, deh. 😆
Anak-anak kami biasa bermain di sini. Entah sekadar main panjat pohon, main tambang pasir, hingga gelar tikar lalu piknik-piknikan. Terkadang di waktu tertentu kami serumah kerja bakti sesuai kemampuan masing-masing, membersihkan pekarangan belakang.
Pada momen bermain atau bekerja inilah anak-anak berkesempatan berinteraksi dengan para binatang. Kami pun bisa mengajari mereka berbagai hal tentang binatang tersebut; misal: karakteristik, makanan, tempat hidup, jenis hama atau bukan.
Anak belalang sembah. Dokpri. |
Bunglon di pohon alpukat. Dokpri. |
Suatu kali si sulung Farhan menemukan bayi burung, di salah satu tumpukan terpal tak terpakai di halaman belakang. Ia lalu melaporkan pada saya dan si Abi. Adik-adiknya antusias ikut menonton. Setelah kami periksa bersama, rupanya bayi burung itu entah bagaimana terjatuh dari sarang. Kasihan sekali.
Si Abi lalu menyuruh saya membuatkan sarang buatan. Bayi itu kami letakkan di dalam piti (wadah nasi) plastik, yang dialasi kain. Setelah itu ia kami beri makanan berupa tepung beras yang diencerkan sedikit, serta air minum.
Bayi burung disuapi menggunakan potongan kayu tipis. Dokpri. |
Demikianlah cerita Ramadhan kami.
Semoga bermanfaat. (*)
Cilacap, 18-190520
#Day29
#BPNRamadan2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar