Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label Cilacap Kreatif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cilacap Kreatif. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Agustus 2024

Cheese Stick Mita, Berawal dari Penasaran

Bu Meti dan Cheese Sticks Mita
Bu Meti dan Cheese Sticks Mita (dokpri/Gita FU) 


Oleh: Gita FU

CILACAP, kopidarigita.com—Sobat kopidarigita, jangan sekali-kali abaikan rasa penasaran  kalian, ya. Karena bisa jadi itu adalah pertanda akan suatu peluang besar yang bakal mengubah hidupmu. 

Contoh nyata adalah apa yang terjadi pada Ibu Meti Paramita. Suatu hari di medio tahun 2006, ia bertandang ke rumah temannya. Di sana ia disuguhi camilan cheese stick yang gurih, dan lezat. Bu Meti segera disergap oleh rasa penasaran, ‘bagaimana caranya bisa membuat camilan seenak ini?’ Selain itu, terbetik pula keinginan untuk menjajal berjualan cheese stick.

Maka sepulang dari sana, ia nekat membeli alat penggiling cheese stick. Kemudian Bu Meti mencari-cari resep di aplikasi youtube. Sekian puluh kali proses ‘trial’ dan ‘error’ yang melelahkan, akhirnya Bu Mita berhasil menemukan resepnya sendiri yang paling pas.

Setelah itu ia mulai membuat dan memasarkan produknya, melalui aplikasi WA. Sehingga konsumen awal Bu Meti berasal dari lingkaran pertemanannya sendiri. Perlahan namun pasti usaha yang ia beri nama “Cheese Stick Mita” semakin eksis. 

“Dulu saya masih pakai kemasan plastik biasa, sekarang sudah pakai yang kedap udara. Saya juga sudah nambah alat untuk bikin cheese stick,” tuturnya kepada saya, di acara Teman UMKM Naik Kelas part 2, Selasa (6/8/2024) lalu.

Baca juga: Belajar Optimasi Marketplace bersama Teman UMKM Cilacap

Pelatihan UMKM Menambah Jaringan

Meskipun usianya tak lagi muda, Bu Meti tetap bersemangat mengikuti pelatihan bagi UMKM. Sejak bulan Juli hingga September mendatang, ia dan puluhan pelaku UMKM lain mengikuti Pelatihan dan Pendampingan bertajuk Teman UMKM Naik Kelas, yang diinisiasi oleh  Teman UMKM Cilacap dari Smartfren Community.

Ia mengaku mendapat banyak wawasan dari materi digital marketing yang diberikan. Selain itu Bu Meti merasakan manfaat lain, yaitu bertambahnya jaringan  pertemanan dengan pengusaha lain. Ia pun berharap usai mengikuti pelatihan tersebut usaha kulinernya tambah maju dan sukses.

Kini usaha Cheese Stick Mita semakin dikenal luas oleh konsumen, berkat rasa yang enak, gurih, dan empuk. Selain itu jika disimpan dalam wadah kedap udara, cheese stick Bu Meti bisa bertahan hingga 3 bulan. 

Untuk skala  produksi Bu Meti menyebut kapasitas minimal 2 kg hingga 20 kg cheese stick, dapat ia layani. “Kalau lebaran sampai 20 kg, Mbak. Karena biasanya dipesan untuk oleh-oleh juga,” ungkapnya.

Ia biasanya mengemas panganan ini ke dalam pouch ukuran 100 dan 250 gram. Namun baru-baru ini Bu Meti memutuskan menambah varian kemasan 50 gram dengan harga yang lebih ekonomis. Hanya saja Bu Meti mengaku belum berani menerima pesanan untuk wilayah luar kota Cilacap. Sebab ia  khawatir cheese stick-nya rusak di perjalanan. 

Nah, bagi sobat  yang tertarik ingin memesan Cheese Stick Mita, silakan hubungi nomor Bu Meti di 08964791523.

#UMKMCilacap

 

Senin, 27 Mei 2024

3 Kuliner Khas Cilacap yang Jarang Diketahui Netizen

udang
Ilustrasi Masakan Udang (Pixabay)

 

Oleh: Gita FU

Cilacap, kopidarigita.com-- Suatu  makanan bisa  disebut sebagai kuliner khas suatu daerah  jika mengandung keunikan yang menjadi ciri daerah tersebut. Demikian pula kuliner khas Cilacap, pasti memiliki unsur kekayaan sumber daya alam maupun budaya masyarakatnya.

Nah, kali ini saya ingin mengajak kalian yang mungkin akan berkunjung ke Cilacap dalam waktu dekat, untuk mengenal 3 kuliner khasnya. Eits, jangan salah. Tiga kuliner ini jarang diketahui oleh netizen, lho! Apa sajakah itu? Ini dia daftarnya:

Baca juga: Mengulik Keunikan Cilacap

1. Kaok-kaok

 

kaok-kaok
Semangkok Kaok-kaok. (Dokpri/GFU)

Sekilas namanya pasti mengingatkan kalian pada onomatope suara ayam, padahal tidak ada hubungannya sama sekali. Makanan ini berbahan dasar ‘kodol’  alias jeroan ikan laut  yang berukuran besar. Bisa jadi penamaan 'Kaok-kaok' itu semacam plesetan ala wong Cilacap, ya?

Cara memasaknya cukup simple. Kaok-kaok  tersebut dipotong-potong, dibelah, dicuci, lalu direbus sampai lunak, angkat, tiriskan. Kemudian haluskan  bawang merah, bawang putih, kemiri, merica, jahe, kunir, serai, dan cabe merah jika kalian suka pedas. Setelah itu tumis bumbu halus dengan minyak sedang, beri garam, gula, dan penyedap rasa seperlunya. Selanjutnya masukkan kaok-kaok, tambahkan air, masak hingga bumbu meresap.

Cita rasa kaok-kaok ini mirip daging babat, Sobat. Cocok  sekali menjadi kawan nasi hangat. Sayangnya, kaok-kaok hanya dijual di warung rames kaki lima. Misalnya di lapak rames depan Lapangan Karang Suci, Donan, Cilacap Tengah, yang buka mulai jam 5 sore hingga malam. Mungkin penyebabnya adalah keterbatasan bahan baku utamanya.


 2. Pelas

pelas tahu
Pelas Tahu. (Dokpri/GFU)

Makanan ini sekilas seperti botok. Bahan dasarnya adalah parutan kelapa ‘kemelas’, atau kelapa yang tanggung (muda tidak, tua juga belum). Parutan kelapa itu dicampur bumbu urap, dan bahan lainnya sesuai selera. Ada yang mencampurkannya dengan ikan teri, biji kemlandingan (lamtoro Jawa),  udang, tahu.

Kemudian Pelas  dibungkus daun pisang, lalu dikukus atau dipanggang. Setelah matang Pelas disajikan sebagai lauk berteman nasi hangat. Rasanya gurih, dan manis. Makanan ini biasanya dijajakan di warung kaki lima, atau diiderkan oleh penjaja makanan matang, bahkan belakangan ada yang menjual secara online. Harganya cukup murah, Sob. sekira 2 ribu saja.

 

3. Stik Sukun

Jajanan Mamake
Produk UMKM Stik Sukun MakPingah (Dokpri/GFU)

Sukun atau buah roti paling enak dipotong kecil-kecil menyerupai batang korek api, lalu digoreng dalam minyak panas. Rasanya yang gurih alami benar-benar bikin mulut ketagihan mengunyah, lho! Dan ternyata panganan stik sukun ini merupakan kuliner khas Cilacap, Sob.

Nah, di Cilacap ada satu UMKM yang fokus memproduksi stik sukun dalam kemasan premium. Namanya Stik Sukun MakPingah dari Jajanan Mamake. Pemiliknya adalah pasutri bernama Jojo Paijo dan Khania. Alamat rumah produksi mereka ada  di kawasan Kebon Sayur, Cilacap Selatan, Cilacap.

Stik Sukun MakPingah ini pernah tampil di acara Juragan Jaman Now season 2, yang tayang di  Metro TV bulan Agustus 2023. Selain itu merk Jajanan Mamake  juga menerima penghargaan sebagai salah satu UMKM Terbaik tingkat Nasional dari ASTRA UMKM BISA, akhir Maret lalu.

Jadi kalau kebetulan kalian sedang jalan-jalan di minimarket dan menemukan produk ini, jangan ragu membelinya, ya.  Kalian tidak bakal menyesal oleh rasa dan pengemasannya.

 

Itu dia 3 kuliner khas Cilacap yang jarang diketahui netizen, Sob. Semoga informasinya bermanfaat buat nambah referensi kalian, ya. Selamat jalan-jalan ke Cilacap.

Senin, 20 Mei 2024

4 Tahun Warung Makan Barokah, Terus Tebar Virus Sedekah

Warung Makan Barokah
Banner Warung Makan Barokah. Dokpri: GFU


Oleh: Gita FU

CILACAP, kopidarigita.com – Sobat, di jalan MT Haryono, Cilacap, Jawa Tengah, tepatnya di seberang jalan Nuri Barat, ada sebuah warung makan yang unik. Namanya Warung Sedekah Barokah. Siapa saja boleh makan dan minum dengan model prasmanan tanpa dipungut bayaran, alias gratis.

Menurut  Ibu Yetty Asofie, salah satu pengelola warung makan ini,  ada alasan filosofis di balik konsep Warung Makan Barokah tersebut.

“Karena untuk sedekah tidak harus menunggu kaya,”  tegas beliau pada saya, beberapa waktu lalu.

Hmm, benar juga, ya, Sobat? Tertarik ingin mengetahui lebih lanjut tentang warung ini? Yuk, simak terus artikelku.

 

Berawal dari Pandemi

Sejarah Warung Makan Barokah ternyata fantastik, Sobat. Kalian ingat bukan, kondisi perekonomian kita di saat pandemi kopidnentin dulu?  Banyak usaha gulung  tikar, pengangguran makin banyak,  ruang gerak dibatasi. Padahal urusan perut tak bisa di kesampingkan. 

Hal tersebut memantik keprihatinan Bu Yetty,  Bu Evi, Bu Liko, Bu Luki, Bu Emi, dan Bu Parsiah—enam sahabat.

“Kami melihat dampak pandemi ini pada banyak orang kalangan bawah. Kalau pegawai-pegawai itu disuruh ‘work from home’ ya bisa. Mereka tetep dapat gaji, masih bisa belanja. Tapi bagaimana dengan mereka yang harus keluar rumah tiap hari buat cari makan? Apalagi ada anjuran di rumah saja.  Ojek-ojek online itu. Pemasukan mereka berkurang banyak. Pemulung-pemulung juga, waktu itu ya mau mulung apa?” terawang Bu Yetty.

Dari situ terbetik ide untuk menyediakan  makan secara gratis  bagi  orang-orang, yang tidak terbatas di hari Jumat saja. Sebab makan adalah kebutuhan setiap hari.

“Saat diucapkan rasanya mustahil. Uangnya dari mana? Tapi lalu saya nyeletuk, dananya dari Allah saja. Dari situ kami mulai survei. Ketemu sebuah warung di Sidareja yang hampir mirip. Tapi konsepnya makan sepuasnya bayar seikhlasnya. Kami nggak ingin seperti itu. Bukankah ada hadis nabi yang menyuruh kita berhenti makan sebelum kenyang? Kalau sepuasnya kan berarti sampai mlukek (muntah),” imbuhnya.


Sebuah keluarga makan di WM Barokah. Dokpri: GFU


Kemudian diputuskanlah  konsep usaha mereka adalah: makan secukupnya tapi harus dihabiskan, tidak usah bayar. Dengan konsep ini mereka berharap orang-orang yang makan punya rasa tanggung jawab  terhadap makanan.

Bu Yetty menuturkan, tempat yang pertama kali mereka pilih berlokasi di Jalan S. Parman,  depan Laboratorium Prodia, Cilacap. Tepat di tanggal 4 Desember 2020 Warung Makan  Barokah dibuka untuk umum.

“Kami sewa tempat  patungan. Dan kenapa kami pilih di S. Parman meskipun mahal? Karena itu jalan utama.  Kami mau warung ini dapat nama dulu. Sopir-sopir angkot yang lewat bisa lihat. Tukang ojek bisa lihat dan mampir. Lalu mereka bisa ajak teman-teman mereka untuk makan.  Sesuai harapan, warung kami saat itu dikenal bahkan hingga ke luar kota,” urai Bu Yetty.

Selain untuk sewa tempat, Bu Yetty juga membeberkan bahwa di tiga bulan pertama mereka  masih patungan untuk belanja bahan baku makanan. Sebab mulai bulan keempat pengunjung warung sudah semakin banyak, berbanding lurus dengan jumlah orang yang menitipkan sedekahnya.  

Kontrak tempat di Jalan S. Parman berakhir pada Desember 2021. Kemudian para pengurus memutuskan pindah, dan menyewa tempat di  Jalan MT Haryono awal tahun 2022 hingga sekarang.


baca juga: Lotek Bu Lastri, Simbol Keuletan Mengubah Nasib


Warung Makan Barokah Kini dan Nanti

Tak terasa usia Warung Makan Barokah  telah memasuki tahun keempat. Sesuai tujuan semula, warung ini  didirikan untuk  melayani kebutuhan makan di tempat bagi masyarakat umum, tanpa dipungut biaya. Namun masyarakat bisa ikut berpartisipasi dalam bentuk donasi, baik uang tunai maupun  sembako. Pengelola nantinya  akan mengolah donasi tadi  menjadi bentuk masakan siap santap bagi pengunjung warung, serta biaya operasional lain (misal upah tukang masak, bayar tagihan listrik dan air).

Setiap hari  Senin-Sabtu, warung buka sejak pukul 8 pagi-2 siang. Terkecuali di hari Minggu dan hari libur nasional. Nyaris setiap hari pengelola memasak 10 kg beras, dengan variasi menu sayur-mayur,  dan lauk pauk yang lezat bergizi. 

Bu Yetty punya harapan besar terkait masa depan usaha filantropi ini.

 “Ya mudah-mudahan ke depannya Allah ijabah doa sehingga kami bisa punya tempat sendiri. Atau mungkin Allah datangkan sedekah entah dari siapa yang mau menyediakan tempat secara cuma-cuma buat kami. Kita tidak pernah tahu, kan?”

Dia pun berharap  orang-orang mengubah ‘mindset’.  Selama ini mungkin orang berpendapat sedekah harus menunggu kaya. Kapan kayanya baru mau sedekah? Padahal  sedekah tidak harus dengan duit. Sedekah bisa dengan apa saja yang kita miliki. Berapa pun kemampuan kita asal niatnya ikhlas,  sedekah itu nanti bisa jadi  amal jariyah kita.


Sobat tertarik berkunjung untuk mencicipi masakan di sini, atau turut bersedekah? Datang saja, ya. Semoga menginspirasi. See you next article.

Rabu, 08 Mei 2024

Lotek Bu Lastri, Simbol Keuletan Mengubah Nasib

 

bu lastri penjual lotek
Bu Lastri sedang menyiapkan lotek di lapaknya. Foto: dok.pri/GFU 


Cilacap, kopidarigita.com --Kita memang tidak bisa memilih dilahirkan di dalam keluarga yang sempurna, dan ideal di mata manusia. Maka ada yang tumbuh besar dalam keluarga berkecukupan materi, sebaliknya ada pula yang dibesarkan dalam kondisi serba kekurangan.

Namun yang menjadi kesamaan, Tuhan menganugerahkan hati, dan akal kepada manusia. Sehingga kelak kita dapat berusaha mengubah nasib, sekuat kemampuan. Sebagaimana halnya yang kini dijalani oleh Dewi Sulastri dari Donan, Cilacap, Jawa Tengah.

Ia lahir sebagai anak kedua dari 4 bersaudara. Sejak kecil ia dan saudaranya akrab dengan kondisi kekurangan. Sebab orangtuanya bukan orang berada. Hal ini ternyata membentuk watak pejuang dalam diri Sulastri dan saudara-saudaranya.

Ketika beranjak dewasa, ia tak malu bekerja mengais rezeki. Perempuan yang akrab disapa Lastri oleh lingkungannya ini punya impian mengumpulkan modal, untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Maka pada tahun 2000 ia berangkat kerja ke Malaysia, untuk menjalani kontrak selama dua tahun.

Tahun 2002 setelah selesai kontrak kerja, ia pulang. Dari hasil jerih payahnya itu, Lastri berhasil mewujudkan impian membangun rumah di atas sebuah lahan kosong. Rumah ini awalnya untuk ditinggali bersama keluarganya. Sebab sebelum itu, keluarga Lastri hanya bisa berpindah-pindah rumah kontrakan.

Lalu di tahun 2003 ia menikah dengan Ihsan, pemuda pilihan hatinya. Masih dari hasil tabungannya, ia bisa menyelenggarakan acara pernikahannya, tanpa meminta biaya pada kedua orangtuanya. Setelah menikah, Lastri memutuskan tidak akan pergi merantau kembali. Sesulit apapun kehidupannya kelak, ia bertekad menjalaninya berdua sang suami, di negeri sendiri.

Tahun-tahun awal pernikahan adalah masa sulit bagi pasangan ini. Pendapatan suami belum mencukupi, ditambah kehadiran anak, cukup membuat Lastri merasa pusing. Hingga di tahun 2008, kepulangan adiknya dari negeri jiran membawa secercah harapan.  Muncullah ide dari sang adik agar Lastri membuka warung di depan rumahnya. Ide itu tidak serta merta diterima. Namun karena menimbang inilah jalan terbaik bagi dirinya dapat menambah pemasukan tanpa meninggalkan anak, Lastri akhirnya mau mencoba.

Tidak mudah menjalankan usaha warung. Lastri mengalami jatuh bangun terlebih dahulu. Keuntungan yang diperoleh tidak seberapa apabila hanya menjual jajanan kemasan. Maka Lastri nekat menjual tabungan daruratnya, berupa sebuah cincin emas. Dari situ ia menambah item jualannya, berupa es campur dan lotek (sejenis pecel). Perlahan-lahan usahanya menunjukkan kemajuan. Mulailah ia berbenah sedikit demi sedikit agar tampilan warung kian apik.

Memasuki medio 2012 Lastri menambahkan gorengan ke dalam menu dagangan. Mendoan, tahu brontak, pisang goreng, dan bakwan hasil karyanya dijual enak dan murah sehingga dicari pelanggan. Kenyataan ini membuat Lastri makin jeli membaca keinginan pembeli. Ketika anaknya memasuki SMP, ia melihat peluang anak sekolah yang setiap pagi membutuhkan sarapan. Dan di sekitar warungnya belum ada pesaing usaha serupa. Maka ia putuskan jualan nasi rames sejak selepas subuh hingga jam 8 pagi.

Keputusan-keputusan Lastri berbuah manis. Berkat keuletan dan kerelaannya mengorbankan waktu istirahat, usaha warungnya kian maju.  Dampaknya pun terasa signifikan pada perekonomian keluarga.

Belum lama ini, tepatnya sejak bulan Ramadhan lalu, Lastri mencoba membuka lapak lotek dan gorengan bersama suaminya, di depan Lapangan Karang Suci, Donan. Menurut pasutri ini, hasil yang diperoleh ternyata lumayan. Sehingga mereka memutuskan untuk lanjut berjualan lotek dan gorengan  di tempat tersebut.

“Untuk pelanggan yang biasa beli di rumah tetap saya layani. Mereka bisa WA  ke saya, nanti lotek atau gorengannya dianter sama suami,” terangnya ketika saya bertanya bagaimana nasib pelanggan lamanya, belum lama ini.

Demikianlah. Perjalanan hidup yang keras mampu menempa watak seseorang, untuk jadi pejuang ataukah pecundang? Pilihan ada di tangan kita sendiri.

Dewi Sulastri adalah contoh yang memilih menjadi pejuang. (*)


Senin, 22 Januari 2024

Tjilatjap History, Upaya Menghargai Sejarah Cilacap


Oleh: Gita FU


"Jika ingin menghancurkan suatu bangsa, maka hilangkan saja ingatan tentang sejarah bangsa tersebut."


Ungkapan ini tentu bukanlah omong kosong belaka. Sudah banyak terbukti di muka bKumi antara lain melalui perang, penjajahan, hingga genosida.


Berbekal kekhawatiran  akan hilangnya ingatan generasi muda Cilacap akan sejarahnya sendiri, membuat Riyadh Ginanjar memutuskan terjun langsung dalam upaya mengedukasi masyarakat melalui komunitas Tjilatjap History.


Apa itu Tjilatjap History? Saya sudah merangkum jawabannya melalui Q n A berikut. Mari baca artikel ini sampai selesai, ya, Sobat. 


Fakta-fakta tentang Tjilatjap History


Bisa ceritakan awal mula berdirinya komunitas Tjilatjap History? 


Awalnya saya bergabung dengan komunitas Banjoemas History Heritage Community yang diketuai Mas Jatmiko, sekitar 2011-2012. Tapi terus saya mikir, Cilacap juga belum ada yang mikirin sejarahnya. 


Lalu tahun 2014 saya putuskan mendirikan komunitas, awalnya sendirian saja. Kemudian di tahun 2018 saya mulai dapat teman di Cilacap. Lalu tanggal 17 Agustus 2021 barulah kami mulai pergerakan untuk edukasi ke masyarakat. 


Ketika di tahun-tahun awal berdirinya komunitas, apa yang Mas Riyadh lakukan? 


Di masa itu saya konsen mengumpulkan arsip-arsip sejarah. 


Bagaimana cara komunitas mendapatkan dan mengumpulkan arsip? 


Kebanyakan kami dapat dari loakan, Mbak. Dari bakul rongsok di Cilacap, atau saling tukar arsip dengan sesama penggiat sejarah. 


Sumber: IG @tjilatjaphistory 


Menarik. Bagaimana caranya dan mengapa komunitas menjalin kerjasama dengan penjual rongsok/barang bekas? 


Jadi di antara rongsokan itu banyak harta karun, Mbak, yang dibuang orang karena tidak tahu nilainya. Sebelumnya kami sudah woro-woro ke penjual rongsok, supaya segera menghubungi kami apabila menemukan arsip maupun foto-foto kuno. 


Ya, tentu saja mereka senang. Karena harga per barang bekas itu tentu lebih mahal bila dijual ke kami, dibandingkan jika mereka jual kiloan. 


Dari mana dana yang dipakai untuk belanja arsip kuno itu, Mas? 


Sebagian besar dari dana pribadi, Mbak. Karena memang sengaja saya alokasikan anggaran khusus. Kalau untuk pergerakan/edukasi, kami ada kas sosial. 


Apakah komunitas pernah melakukan transaksi penjualan arsip sejarah? 


Pernah, mbak. Tapi hanya untuk arsip atau dokumen yang tidak berkaitan dengan sejarah Cilacap. Nanti dananya digunakan untuk mencari arsip sejarah Cilacap lainnya. Ya, subsidi silang istilahnya. 


Sebenarnya benda bersejarah apa saja yang menjadi fokus dari komunitas ini? 


Sebagian besar berupa arsip, surat, foto, atau bisa juga artefak kuno yang ditemukan di wilayah Cilacap. 


Sumber: IG @tjilatjaphistory


Apa contoh artefaknya, Mas? 


Waktu itu pernah sejenis pedang atau tombak kuno, ditemukan di lokasi proyek penggalian jalan. Ada juga prasasti di Kesugihan. Lalu baru-baru ini batu bata kuno yang ditemukan di area pemakaman Karang Suci. Mungkin itu bekas tembok pelabuhan lama (mengingat letak pemakaman bersisian dengan Bengawan Donan, red).


Sepanjang perjalanan komunitas, adakah perhatian dari Pemda Cilacap? 


Ya, sebenarnya kurang. Sejauh ini kami baru pernah menjalin kerjasama dengan Dinas P dan K untuk pameran arsip, serta Dinas Pariwisata untuk program Jelajah. 


Padahal aset sejarah itu bukan cuma urusan satu dinas saja, melainkan saling terkait. Contoh Benteng Pendem. Lahannya milik TNI, pengelolaannya jadi bagian Dinas Pariwisata, edukasinya ke Dinas P dan K. Begitu, Mbak.



Apa saja program Tjilatjap History? 


Sejauh ini ada 4 program yang dijalankan berkala. Yakni jelajah sejarah, pameran arsip, bersih-bersih makam, dan kunjungan ke saksi sejarah. 


Ada berapa orang anggota komunitas yang aktif sampai sekarang?


Sekitar 30 orang. 


Apakah feedback yang Mas Riyadh rasakan sejauh ini? 


Kepuasan batin, Mbak. Misal saat ada pameran arsip, melihat reaksi anak-anak melihat pameran sejarah Cilacap. Mereka biasanya tercengang dan kagum. 


Apa harapan Mas Riyadh melalui kegiatan komunitas Tjilatjap History? 


Agar masyarakat Cilacap lebih bangga dengan sejarahnya sendiri, ketimbang silau dengan sejarah daerah lain. 




Nah, itulah sekelumit Q n A tentang komunitas ini. Oh, iya, Sobat, Tjilatjap History  aktif di Instagram. Kalian bisa mantengin informasi-informasi menarik, dan pastinya menambah wawasan sejarah di sana. Nama akunnya @tjilatjap_history.


Semoga artikel ini bermanfaat bagi Sobat semua. Terima kasih. 





Sumber: IG @tjilatjaphistory

Rabu, 10 Januari 2024

Salsa Shoes, Dari Sampah Jadi Alas Kaki Unik

 

Produk Sandal Berbahan Sampah dari Salsa Shoes. Foto: GFU


Oleh: Gita FU

Sobat kopidarigita, apa kabar? Senang sekali saya bisa kembali menyapa kalian di tahun baru ini. Adakah yang di awal tahun ini tengah memulai bisnis baru? Kalau ya, saya doakan lancar dan bisa cuan, ya?

Untuk kalian yang masih bingung dan butuh pencerahan, saya sarankan kalian baca-baca artikel bisnis di cilacapkerja.com. Website yang dikelola oleh Tegar Dwi  Wardhani tersebut, memuat aneka tips and trick seputar dunia usaha yang aplikatif.

Omong-omong soal ide bisnis, Sobat pasti tahu jika sampah an-organik bisa diolah menjadi sumber penghasilan. Misalnya,  diolah menjadi kerajinan tangan seperti tas, aksesoris, gantungan kunci, dan lain-lain. Namun saya yakin belum banyak pelaku usaha yang memanfaatkan sampah menjadi  alas kaki, terutama di Cilacap.

Ingin tahu lebih banyak? Baca terus artikel ini, ya.


Ketika Kantong Semen Disulap Menjadi Sepatu

Edi Eriza sedang memilah pakaian bekas pakai untuk bahan alas kaki. Foto: GFU 



Nah,  kali ini saya ingin mengajak Sobat beranjangsana ke sebuah rumah merangkap bengkel usaha sederhana milik Edi Eriza. Nama bengkel tersebut ialah Salsa Shoes yang beralamat di Jalan Suasa RT 04/RW 05, Kelurahan Lomanis, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap.

Di tempat ini Bang Edi (sapaan akrab untuk Edi Eriza) memilih dan memilah tas kantong bekas belanja, pakaian-pakaian tak terpakai, terpal, hingga kantong semen Gresik, sebagai bahan sepatu atau sandal.

 Pria asal Sumatera Barat ini adalah wartawan senior serba bisa, Sobat. Melalui tangan terampil dan ide segar di benaknya, bahan sampah tadi diguntingi sesuai pola kayu cetakan, dijahit, dilem, hingga tercipta model baru yang menawan.


Cetakan sandal
Cetakan sandal dari kayu. Foto: GFU


Rata-rata model yang dia ciptakan berkategori limited edition. Misalkan sepatu setengah boot bermotif batik Korpri, atau sepasang sandal selop berwarna pink brokat. 

Bagi  Bang Edi dunia persepatuan  bukanlah hal baru. Sebab di masa mudanya dia memang pernah menjadi pengusaha sepatu buatan tangan (non pabrik), sebelum menerjuni dunia jurnalistik. Dia pernah lama menetap di Jakarta, kemudian dipindahtugaskan ke Cilacap oleh kantor media berita yang menaunginya, hingga kini.

Keputusannya kembali ke usaha alas kaki dipicu ketidaksengajaan. Akhir bulan Agustus 2023 PT SBI Kabupaten Cilacap hendak menggelar kembali Festival Sampah. Melalui sejumlahpembicaraan dengan pihak manajemen, Bang Edi lalu membuat puluhan pasang sandal selop “teplek” berbahan sampah untuk perusahaan tersebut.

Sandal  brokat Salsa Shoes
Sandal Brokat Pink nan cantik dari Salsa Shoes. Foto: GFU

“Dengan peralatan seadanya, dan dikerjakan manual, proyek perdana itu berhasil,” kenangnya.

Dia lalu berpikir untuk sekalian saja mengaktifkan usaha alas kaki berbahan dasar sampah, sebagai sumber mata pencaharian alternatif. Menurutnya, sebagai wartawan kehidupan di Cilacap terasa keras. Jika tidak  memiliki kegiatan lain tentu sulit untuknya bertahan hidup. Apalagi Bang Edi memiliki dua anak yang masih memerlukan biaya sekolah.

Oiya, Sobat. Nama Salsa itu ternyata akronim dari Salman dan Sausan,  anak-anak Bang Edi.  


Pejabat di Cilacap Turut Memakai Produk Salsa Shoes 


Saat ini bengkel kerja Salsa Shoes belum memiliki peralatan lengkap dan standar, sesuai kebutuhan usaha pembuatan alas kaki. Bang Edi mengakui hal tersebut sebagai kendala utamanya. Sehingga model sepatu dan sandal yang bisa diproduksi pun terbatas. 

“Saya belum bisa memenuhi permintaan sepatu atau sandal yang pakai hak (high heels) karena belum punya cetakan khususnya,” ungkap Bang Edi.

Oleh karena keterbatasan tersebut Salsa Shoes belum dapat memproduksi massal. Bang Edi baru bisa memenuhi pesanan dalam jumlah terbatas, serta permintaan personal. Namun dia tidak berkecil hati dalam hal pemasaran produk. 


Produk Salsa Shoes
sepatu motif Batik. Foto: GFU


“Saya punya akses kepada pimpinan sejumlah instansi, maka saya datangi mereka dan menawarkan produk Salsa Shoes. Jangan salah, yang saya tawarkan adalah konsep gaya hidup ramah lingkungan, serta pemberdayaan usaha lokal. Alhamdulillah, usaha saya mendapat respon positif,” urainya.


Contoh produk lain dari Salsa Shoes. Foto : GFU 

Bang Edi menyebutkan sejumlah pejabat yang berkenan mendukung produk Salsa Shoes. Di antaranya: Pj Bupati Cilacap Awaluddin Muuri, Camat Cilacap Selatan Basuki Priyo Nugroho, dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Cilacap Sadmoko Danardono.

 “Para pejabat  menyukai motif-motif sepatu saya yang lain daripada yang lain. Apalagi sepatu saya tidak memalukan tampilannya untuk acara non formal,” jelasnya.


Ingin Menularkan Ilmu


Mesin Jahit di bengkel Salsa Shoes. Foto: GFU

Edi Eriza masih punya mimpi besar lain terkait Salsa Shoes. Dia mengungkapkan keinginannya untuk menularkan ilmu pembuatan sepatu ini, kepada masyarakat Cilacap.

“Saya memegang nasihat orang tua saya ketika hendak merantau dahulu. Manusia bisa memilih menjadi rayap atau tawon di mana pun ia tinggal. Jika memilih jadi rayap maka manusia bakal membangun rumah dari bangunan manusia lain. Akibatnya si rayap malah merusak lingkungan tempat dia tinggal. Berbeda dengan tawon. Dia membangun rumah tanpa merusak sekitarnya. Malahan setelah jadi, dia meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungannya yaitu madu. Nah, saya ingin seperti tawon.”

Menurut Bang Edi, keterampilan dan ilmu membuat sepatu lebih berguna untuk jangka panjang. Karena bisa dijadikan sumber penghasilan masyarakat. Sayangnya, keinginan tersebut belum mendapat gayung bersambut dari instansi terkait di Cilacap.

“Saya bayangkan sebuah workshop yang berkesinambungan, di mana saya menjadi mentornya,” imbuhnya.

Sembari menabung impian, Edi Eriza bertekad tetap bergerak dan berdaya. Salsa Shoes akan tetap dijalankan dengan dukungan keluarganya. Jika Sobat tertarik mengetahui lebih lanjut silakan datang ke alamat tertera di atas, ya. Atau hubungi nomor 081806005255.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi kalian. Terima kasih dan sampai jumpa!

Baca juga:  Bisnis yang Cepat Menghasilkan Uang Minim Modal di 2024

  

  

Kamis, 23 November 2023

Melongok Kejayaan Cilacap Tempo Doeloe Melalui Film 'Pantjak'

 

Poster Film Pantjak
Poster Film Pantjak di Dakota Cinema Cilacap. Foto: GFU


Oleh: Gita FU


Halo Sobat kopidarigita! Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat, dan bahagia, ya.

Hari Rabu, 22 November 2023 sore, saya dan beberapa teman Forum Literasi Cilacap  menghadiri undangan Nobar Film 'Pantjak', di Dakota Cinema  Cilacap. 'Pantjak' sendiri merupakan akronim Panca Tjakrawedana. Film ini dibesut oleh Cilacap Kreatif, sebuah komunitas yang diketuai oleh Romi Jabrand dan mewadahi komunitas-komunitas anak muda kreatif di Cilacap.

Saya datang pukul 15.30 WIB, disambut oleh panitia yang mengarahkan ke meja registrasi. Usai membubuhkan tanda tangan di lembar kehadiran, saya diberi secarik stick-it note dan sebatang spidol. Kata Mbak Nurul, salah satu panitia, itu untuk  menuliskan harapan saya terhadap kota Cilacap. Saya pun ditunjuki papan tempat menempelkan kertas, di dekat pintu masuk Studio 2.

Sambil menunggu teman saya Bu Yetti As Sofie, saya duduk melipir di salah satu kursi besi di ruang tunggu. Ada poster promo sebesar dinding dari film Perjamuan Iblis. Waktu beranjak menuju pukul 16, semakin banyak tamu undangan Nobar berdatangan. Salah satunya saya kenali, dia Mas Riyadh Ginanjar, Ketua Komunitas Tjilajap History. Kami lalu mengobrol sejenak, hingga Bu Yetti datang.

Tak lama berselang para tamu dipersilakan memasuki Studio 2. Waktunya menonton Film Pantjak...

'Pantjak': Nostalgia Kejayaan Masa Lalu

Foto bareng tim dan penonton
Tim Produksi Film bersama para penonton. Foto: GFU


Film  dokumenter ini disutradarai  oleh Dismas Panglipur. Penulis naskah dan astrada dijabat oleh Olyvia Jasso. Sementara Romi Angger Hidayat a.k.a Romi Jabrand, bertindak sebagai produser. Sejumlah tokoh menjadi lakon yang bercerita dalam film yang dibagi menjadi   5 (lima) bab: Veteran, Unit Berjaya, Keluarga, Tjilatjap Kreatif, dan Panca Tjakrawedana.

Fokus film ada pada sebuah gedung megah di Jalan Pemintalan - Jalan Kendil Wesi, Cilacap, yakni Pabrik Pemintalan Tjilatjap. Pabrik ini beroperasi mulai tahun 1956, sebagai pabrik besar  pertama di Cilacap setelah penyerangan Jepang tahun 1942.

Timeline Pantjak
Timeline dalam film Pantjak. Foto : GFU



NV. Pemintalan Kapas Cilacap tercatat sebagai pihak penggagas pendirian pabrik ini. Selanjutnya Pabrik Pemintalan Tjilatjap berkembang pesat, bahkan menjadi salah satu pabrik textil terbesar di Asia Tenggara. Kesejahteraan para karyawan amat terjamin kala itu. Sampai pada masa orba namanya berubah menjadi PT. Industri Sandang Nusantara II (Unit Patal Cilacap).

Masa-masa keemasan Patal Cilacap tersebut bisa kita ikuti lewat penuturan tiga orang veteran atau mantan karyawan. Diselingi foto-foto, serta video kompleks gedung megah itu. Saya cukup terpukau dibuatnya. Bayangkan, sebuah kompleks pabrik yang dilengkapi perumahan, lapangan olahraga, klinik kesehatan, aula luas, dan  kendaraan antar jemput karyawan. Selain itu interior dan eksterior gedung pun kokoh, apik, khas bangunan peninggalan Belanda. 

Foto Patal Cilacap
Dokumentasi Pabrik Pemintalan Cilacap. Foto: flyer timpro/GFU



Intinya, pabrik ini pada masanya telah membuat Cilacap terkenal hingga ke luar negeri. Wow, banget, kan?


Sayangnya, seperti semua kisah masa lalu, kejayaan itu seolah terlupakan oleh generasi masa kini. Anak muda Cilacap seolah tak punya ingatan bahwa mereka punya hal yang pantas dibanggakan. Bahkan kebanyakan anak muda sekarang sibuk mencari panutan dari luar daerah Cilacap. Kreativitas menjadi tumpul di dalam.

Upaya Menghidupkan Semangat Kreatif


Konon, manusia kreatif itu mampu memikirkan solusi bagi masalah yang menimpanya, aktif berdaya upaya, tidak pasif maupun pasrah begitu saja menerima keadaan. Mereka ini diharapkan bisa menjadi suar bagi sekitar, dengan menciptakan ekosistem kreatif.

Kegiatan Coding for kids di Peken Banyumasan Tjilatjap. Foto: IG cilacap.kreatif



Menurut Romi Jabran dalam bincang-bincang usai pemutaran film, itulah tujuan Pantjak. "Sebagai penghubung ekosistem kreatif di Cilacap," tuturnya.

Pria muda berambut gondrong ini  melihat Gedung Patal sebagai wajah Cilacap di dunia. "Saat itu terkenal hingga Asia Tenggara. Jadi (film) ini sbg pemantiknya."

Sementara Riyadh Ginanjar  dari Tjilatjap History menyebut alasannya memilih Pabrik Pemintalan adalah karena sejarah panjang dari  masa  jaya hingga bangkrut. 

"Masyarakat harus tahu. Waktu itu terbesar di Asia Tenggara. Kita berharap gedung pemintalan menjadi gedung sejarah Cilacap," ucapnya.

Apalagi, menurut Riyadh, dahulu Presiden Sukarno merestui pembangunan Pabrik Pemintalan Tjilatjap dengan semangat tak mau kalah dari Italia sebagai negara maju kala itu.


Kolaborasi Lintas Komunitas 


Dismas Panglipur selaku sutradara punya pendapat berbeda mengenai Pabrik  Pemintalan Tjilatjap. Demi mengetahui sejarahnya yang panjang membuat anak muda ini ingin menuangkan ke dalam bentuk visual.

"Saya berharap ruangan Patal bisa diaktivasi untuk kegiatan publik," ujarnya.

Senada dengan Dismas, Olyvia sang penulis naskah merasa terpukau dengan sejarah Pemintalan. Sehingga dia ingin menceritakan sejarah tersebut dari pelakunya sendiri.

Salah satu pegiat komunitas yang aktif berkolaborasi dalam kegiatan Cilacap Kreatif  yakni Nurul Mae, dari Komunitas Belajar Semesta Alam, mengatakan alasannya bergabung.

"Komunitas saya menyoroti kearifan lokal. Sehingga saya masuk sebagai talent dan mengadakan kegiatan komunitas di Patal," sebutnya.

Kolaborasi komunitas. Dok : IG cilacap.kreatif


Dampak dari kegiatan tersebut  menurut Nurul ada dua yaitu internal dan eksternal. "Secara internal, karena di Peken Banyumasan Tjilatjap adalah kolab lintas komunitas  maka saya merasa lebih rendah hati, belajar menghargai orang lain, dan berempati. Eksternalnya, peserta Dolan Bareng merasa amat antusias mengikuti (Dolan Bareng) di Patal," simpulnya.


Usai bincang-bincang, panitia mengajak penonton yang nyaris memenuhi Studio 2, untuk berfoto dan ber-flash mob bersama. Kabar selanjutnya dari Romi Jabrand, film Pantjak bulan depan akan diputar di Rajawali Cinema Purwokerto, serta diikutkan festival film.

"Dan kegiatan rutin Peken Tjilatjapan mulai bulan depan di  Pabrik Pemintalan Cilacap," pungkas Romi.


Begitulah oleh-oleh dari Nobar Film Pantjak, Sob. Bagaimana pendapat kalian? Kalo menurut saya, ekosistem kreatif perlu kerjasama dan komitmen lintas sektor. Tidak hanya dari pelaku, tapi juga pemangku kepentingan, stakeholders terkait, dan masyarakat luas. Oh iya, kalian bisa mencari tahu lebih lanjut tentang kegiatan-kegiatan tersebut di atas melalui akun IG: @cilacap.kreatif  @pekentjilatjapan @tjilatjaphistory