Cari Blog Ini

Kamis, 14 Mei 2020

Mudik Nggak, Ya?

Foto: Pixabay

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

🎶 Lebaran sebentar lagi 🎶

Hae hae hae, Sobatku. Lebaran memang sebentar lagi tiba. Kalian yang sedang di rantau, pasti ngerasa sedih ingat orangtua, dan keluarga. Ingin ketemu, ingin sungkeman, ingin melepas rindu. Percayalah, kalian nggak sendiri.

Musibah pandemi ini memang di luar dugaan siapa pun. Jika kita ikuti  berita di lini masa, maupun media elektronik mengenai perkembangan data penyebaran Covid-19, maka kita akan tahu bahwa kurva belum melandai.

Tak heran pemerintah--meskipun terkesan tumpang tindih dan menimbulkan reaksi negatif--mengeluarkan berbagai himbauan, dan larangan kepada rakyat. Yang terbaru adalah larangan mudik dan pulang kampung.

Kenapa ada larangan demikian? Karena dikhawatirkan para pemudik atau orang dari luar kota ini justru membawa virus covid-19 dalam tubuhnya,  lalu menularkannya di kota tujuan. Sehingga menimbulkan ledakan kasus baru. Oleh karena  itu masyarakat diminta bersabar demi kepentingan umum.

Demi menegakkan aturan yang berlaku hingga 31 Mei 2020 ini, didirikanlah posko-posko pengamanan pemudik (istilah lainnya "check point") di daerah perbatasan antar wilayah. Sanksi tegas berupa denda atau kurungan pun menanti mereka yang membandel.

Lah, umpama ada di antara Sobat yang orangtuanya meninggal dunia di daerah asal? Masa nggak boleh pulang? Emm, kalau saya tak salah baca, keadaan di atas termasuk kondisi khusus; asal membekali diri dengan surat keterangan yang ditentukan, maka Sobat boleh mudik.

Jadi secara umum, dalam hemat saya, jika kita tidak memiliki alasan yang mendesak maka lebih baik tak usah mudik lebaran ini. Kita bisa menggantinya dengan komunikasi via ponsel, bukan?

Semoga bermanfaat. (*)

Cilacap, 140520

#Day25
#BPNRamadan2020

Sesuatu yang Dirindukan Saat Lebaran

Foto keluarga. Dokpri.


Sepagi ini Hanna sudah terlihat sibuk mengisi jurnal Ramadhan-nya. Jurnal yang ia dapatkan dari Bu Guru Agama tersebut berupa lembaran-lembaran printout warna-warni; isinya panduan bagi orangtua dalam mendampingi anak beribadah di bulan Ramadhan, tabel kegiatan yang bisa diisi sendiri oleh anak, dan ide-ide kegiatan #dirumahsaja.

"Mi, bentar lagi lebaran, ya?" celetuknya.

"Hmm? Iya kayaknya," jawab saya sekenanya.

"Iya, nih. Kita kan udah puasa sampe hari ke 20." Ia menyodorkan tabelnya.

Benar juga, sih. Beneran nggak terasa puasanya, batin saya.

"Mi, besok lebaran kita ke Patikraja lagi, kan?"

Pertanyaan Hanna membuat saya tertegun. Buku yang tengah saya baca terpaksa saya tutup dulu. Mata bulat Hanna memperhatikan reaksi saya.

"Aku kangen sama Tante Jora, Om Jahid, Om Agung, Revi, Tante Devi, Mbah Hari, ... Kangen kumpul-kumpul. Aku pengin main sama teman-temanku yang di Patikraja," cerocosnya lagi.

Aduh, anak-anak memang polos sekali. Hati saya jadi terenyuh. "Tahun ini kita nggak kemana-mana, Na. Soalnya kondisi di luar masih belum memungkinkan," saya mencoba menjelaskan. Hanna manyun.

"Apa gara-gara korona, Mi? Kapan sih, koronanya selesai?"

"Kalo kapan, Umi nggak tahu Hanna. Ayo, Hanna bantu juga dengan minta sama Allah," jawab saya, "teruuus ... Hanna juga jangan malas diingatkan cuci tangan pakai sabun, jaga kebersihan, jangan kebanyakan main di luar rumah."

"Iiih, Umi. Memangnya kalo aku cuci tangan pakai sabun, koronanya pergi?"

"Iya, mudah-mudahan. Bisa, kan?" Kali ini gadis kecil saya hanya mengangguk singkat.

Nggak cuma Hanna yang kangen silaturahmi dan kumpul-kumpul bareng keluarga pas lebaran, saya pun demikian. Mengajak anak-anak keliling menjumpai sesepuh, bertukar cerita tentang hal-hal keseharian, icip-icip makanan khas lebaran, sejenak melepaskan rutinitas di rumah, itulah yang saya kangeni.

Mungkin lebaran esok kami tetap bisa bertemu sanak keluarga yang dekat rumahnya. Atau bisa jadi beberapa handai taulan terdekat mengunjungi kami. Tetapi suasananya tetap saja tidak semeriah lebaran sebelumnya.

Tak mengapalah. Tahun ini bisa melalui Ramadhan secara lebih bermakna, adalah hal yang pantas kami syukuri.

"Umi, berarti besok angpauku jadi sedikit, dong?"

Ya ampun, Hanna. (*)

Cilacap, 13-140520

#Day24
#BPNRamadan2020


Selasa, 12 Mei 2020

Menu Favorit Lebaran Khas Cilacap



Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sobat, bicara soal lebaran, apa yang langsung melintas di benak kalian? Ketupat? Yes, samalah kita. 😁
Makanan yang sejatinya nasi kepal dibalut janur kelapa ini memang ikonik. Tak heran menjelang lebaran begini sudah mulai banyak penjual menawarkan songsong ketupat.

Asal sudah ada ketupat di meja makan, lauk pauknya bisa dikondisikan sesuai selera. Mulai dari yang sudah jamak seperti opor ayam, sambal goreng hati, hingga kerupuk. Ataupun yang merupakan menu khas daerah masing-masing.

Di Cilacap sendiri, menurut hemat saya, setidaknya ada 3 menu favorit yang khas. Yaitu:

1. Brekecek ikan laut


Seperti kita ketahui bersama bahwa Cilacap adalah daerah pesisir, otomatis termasuk daerah penghasil ikan laut segar. Meskipun bergizi tinggi, ikan laut terkenal lebih amis ketimbang ikan air tawar. Maka terciptalah masakan brekecek ikan ini, sebagai upaya meniadakan amis tadi sekaligus memberi rasa lezat.

Masakan brekecek ikan kuat rasa pedasnya. Selain itu, paduan bumbu-bumbu: jahe, kunir, lengkuas, bawang merah-putih, daun salam yang berani, menutupi aroma amis. Lazimnya ikan yang dipakai adalah kembung, kuniran, ekor merah. Ikan-ikan tersebut diolah utuh, tidak dipotong-potong dahulu.


2. Soto ayam kuah bening


Setiap daerah memiliki versi soto yang berbeda. Beberapa di antaranya terkenal ke penjuru negeri, contoh Soto Sokaraja yang gurih bersantan. Demikian halnya Cilacap. Sotonya berkuah bening, tanpa santan dan bumbu kacang, terasa segar.

Formulanya sederhana saja. Kuahnya menggunakan kaldu ayam rebusan. Ayamnya sendiri setelah direbus, lalu digoreng, sebagai suwiran di atas soto. Bumbu-bumbunya mirip bumbu Sop: merica, bawang putih, serai. Rasanya juga gurih, tetapi tidak 'ngglabet' seperti pada kuah yang bersantan.

3. Mendoan


Siapa belum kenal mendoan, cung! Tempe tipis dan lebar--dibuat khusus, dibaluri tepung berbumbu, lalu goreng dalam minyak panas hingga 'mendo' (setengah mateng). Hmmm, sedap!

Yang membedakan dengan mendoan ala Banyumasan, adonan tepung bumbu mendoan Cilacap berwarna kekuningan karena diberi sedikit kunir. Sehingga tidak terlihat pucat, Sobat.



Nah, itulah 3 kuliner Cilacap yang  cukup banyak difavoritkan warganya. Semoga kalian berkesempatan mencicipinya, ya. Punya menu lain? Share, yuk! (*)

Cilacap, 120520

#Day23
#BPNRamadan2020