Cari Blog Ini

Sabtu, 16 Mei 2020

Cilacap, Home Sweet Home



Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Sudah jelas lebaran kali ini nggak ada acara mudik. Yang artinya keluarga kami nggak kumpul-kumpul bareng adik-adik, dan bapak saya di Patikraja. Kami pun menghapus agenda keliling rumah saudara di Purwokerto. Babai pula acara jalan-jalan menikmati wisata di kota pelajar itu. Yamogimanalagi, ya, kan? Kewajiban kita mematuhi himbauan positif dari pemerintah.

Jadi daripada terus gabut nggak jelas, kini program lebaran saya dan keluarga ialah: Cilacap, Home Sweet Home. 😁
Yak, Cilacap akan jadi rumah tunggal kami. Yeaaayyyy!

Foto: GPS tracker.

Sebenarnya, sih, bicara silaturahmi keluarga, di kota ini banyak kaum kerabat dari pihak si Abi, termasuk bapak mertua saya. Mungkin nantinya kami bakalan mengunjungi beliau, termasuk beberapa kerabat terdekat. Toh, mereka semua tinggal di wilayah kota, nggak pake mblusuk ke pinggir wilayah Cilacap (nan luas ini).

Umpama kemungkinan tersebut di atas terlaksana, tentu kami tetap mengikuti beberapa protokol kesehatan; pakai masker, cuci tangan dengan sabun dan air sering-sering, dan tidak salaman sembarangan. Plus bepergian tidak dalam jangka waktu terlalu lama. Ya, seperti itu gambarannya.

Baiklah, rencana sudah dibuat. Sekarang saatnya saya kembali konsen mengisi hari-hari Ramadhan, yang hampir berakhir ini.

Bye, Sobat. (*)

Cilacap, 15-160520


#Day26
#BPNRamadan2020

Kamis, 14 Mei 2020

Mudik Nggak, Ya?

Foto: Pixabay

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

🎶 Lebaran sebentar lagi 🎶

Hae hae hae, Sobatku. Lebaran memang sebentar lagi tiba. Kalian yang sedang di rantau, pasti ngerasa sedih ingat orangtua, dan keluarga. Ingin ketemu, ingin sungkeman, ingin melepas rindu. Percayalah, kalian nggak sendiri.

Musibah pandemi ini memang di luar dugaan siapa pun. Jika kita ikuti  berita di lini masa, maupun media elektronik mengenai perkembangan data penyebaran Covid-19, maka kita akan tahu bahwa kurva belum melandai.

Tak heran pemerintah--meskipun terkesan tumpang tindih dan menimbulkan reaksi negatif--mengeluarkan berbagai himbauan, dan larangan kepada rakyat. Yang terbaru adalah larangan mudik dan pulang kampung.

Kenapa ada larangan demikian? Karena dikhawatirkan para pemudik atau orang dari luar kota ini justru membawa virus covid-19 dalam tubuhnya,  lalu menularkannya di kota tujuan. Sehingga menimbulkan ledakan kasus baru. Oleh karena  itu masyarakat diminta bersabar demi kepentingan umum.

Demi menegakkan aturan yang berlaku hingga 31 Mei 2020 ini, didirikanlah posko-posko pengamanan pemudik (istilah lainnya "check point") di daerah perbatasan antar wilayah. Sanksi tegas berupa denda atau kurungan pun menanti mereka yang membandel.

Lah, umpama ada di antara Sobat yang orangtuanya meninggal dunia di daerah asal? Masa nggak boleh pulang? Emm, kalau saya tak salah baca, keadaan di atas termasuk kondisi khusus; asal membekali diri dengan surat keterangan yang ditentukan, maka Sobat boleh mudik.

Jadi secara umum, dalam hemat saya, jika kita tidak memiliki alasan yang mendesak maka lebih baik tak usah mudik lebaran ini. Kita bisa menggantinya dengan komunikasi via ponsel, bukan?

Semoga bermanfaat. (*)

Cilacap, 140520

#Day25
#BPNRamadan2020

Sesuatu yang Dirindukan Saat Lebaran

Foto keluarga. Dokpri.


Sepagi ini Hanna sudah terlihat sibuk mengisi jurnal Ramadhan-nya. Jurnal yang ia dapatkan dari Bu Guru Agama tersebut berupa lembaran-lembaran printout warna-warni; isinya panduan bagi orangtua dalam mendampingi anak beribadah di bulan Ramadhan, tabel kegiatan yang bisa diisi sendiri oleh anak, dan ide-ide kegiatan #dirumahsaja.

"Mi, bentar lagi lebaran, ya?" celetuknya.

"Hmm? Iya kayaknya," jawab saya sekenanya.

"Iya, nih. Kita kan udah puasa sampe hari ke 20." Ia menyodorkan tabelnya.

Benar juga, sih. Beneran nggak terasa puasanya, batin saya.

"Mi, besok lebaran kita ke Patikraja lagi, kan?"

Pertanyaan Hanna membuat saya tertegun. Buku yang tengah saya baca terpaksa saya tutup dulu. Mata bulat Hanna memperhatikan reaksi saya.

"Aku kangen sama Tante Jora, Om Jahid, Om Agung, Revi, Tante Devi, Mbah Hari, ... Kangen kumpul-kumpul. Aku pengin main sama teman-temanku yang di Patikraja," cerocosnya lagi.

Aduh, anak-anak memang polos sekali. Hati saya jadi terenyuh. "Tahun ini kita nggak kemana-mana, Na. Soalnya kondisi di luar masih belum memungkinkan," saya mencoba menjelaskan. Hanna manyun.

"Apa gara-gara korona, Mi? Kapan sih, koronanya selesai?"

"Kalo kapan, Umi nggak tahu Hanna. Ayo, Hanna bantu juga dengan minta sama Allah," jawab saya, "teruuus ... Hanna juga jangan malas diingatkan cuci tangan pakai sabun, jaga kebersihan, jangan kebanyakan main di luar rumah."

"Iiih, Umi. Memangnya kalo aku cuci tangan pakai sabun, koronanya pergi?"

"Iya, mudah-mudahan. Bisa, kan?" Kali ini gadis kecil saya hanya mengangguk singkat.

Nggak cuma Hanna yang kangen silaturahmi dan kumpul-kumpul bareng keluarga pas lebaran, saya pun demikian. Mengajak anak-anak keliling menjumpai sesepuh, bertukar cerita tentang hal-hal keseharian, icip-icip makanan khas lebaran, sejenak melepaskan rutinitas di rumah, itulah yang saya kangeni.

Mungkin lebaran esok kami tetap bisa bertemu sanak keluarga yang dekat rumahnya. Atau bisa jadi beberapa handai taulan terdekat mengunjungi kami. Tetapi suasananya tetap saja tidak semeriah lebaran sebelumnya.

Tak mengapalah. Tahun ini bisa melalui Ramadhan secara lebih bermakna, adalah hal yang pantas kami syukuri.

"Umi, berarti besok angpauku jadi sedikit, dong?"

Ya ampun, Hanna. (*)

Cilacap, 13-140520

#Day24
#BPNRamadan2020