Cari Blog Ini

Minggu, 17 Mei 2020

Sebelum Ramadhan Ini Berakhir





Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Kita telah berada di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Itu berarti sebentar lagi kita akan ditinggalkan bulan mulia ini, kembali pada rutinitas biasanya. Sedih? Tentu. Tetapi Allah dengan segala kasih sayang-Nya kepada umat Nabi Muhammad, menjanjikan satu  bonus istimewa. Ialah malam Lailatul Qadar.

Malam ini mempunyai banyak keberatan dan kebaikan. Dalam ayat suci Al-Quran disebutkan bahwa ia lebih utama daripada seribu bulan; atau setara 83 tahun 4 bulan. Bayangkan berapa banyak pahala yang bisa diraih seseorang jika dia beribadah terus-menerus selama itu. Namun waktu sepanjang itu Allah ringkas bagi kita menjadi hanya satu malam saja. Betapa beruntungnya umat Nabi Muhammad!

Diriwayatkan dari Anas r.a., dia berkata, "Ketika Ramadhan telah masuk maka Rasulullah s.a.w. bersabda, 'Sesungguhnya bulan ini telah datang kepadamu, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa terhalang tidak mendapatkannya, sesungguhnya ia terhalang dari mendapatkan kebaikan seluruhnya dan tidaklah terhalang untuk mendapatkan kebaikan melainkan orang yang sial.'" (H.R Ibnu Majah).

Kapankah malam Lailatul Qadar tiba?


Di beberapa hadits diterangkan, bahwasannya Rasulullah s.a.w. menyebutkan kedatangan Lailatul Qadar ialah pada satu malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

Apa yang seharusnya kita perbuat pada malam itu?


Perbanyak beribadah. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya i'tikaf di masjid bisa dilakukan guna menggiatkan amalan di sepuluh malam terakhir, maka tahun ini kita melakukannya di rumah masing-masing. Bacalah Al-Quran, berzikir sebanyak-banyaknya, dan berdoa memohon ampunan Allah serta doa-doa lainnya.

Ada satu doa utama yang diajarkan Rasulullah s.a.w.: 

Allaahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii 
 
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Ampunan dan Maha Pemurah, Engkau senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku
 
(H.R. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)."

( sumber : diaryummiadah19nk.blogspot.com)


Demikianlah yang bisa kita lakukan sebelum Ramadhan ini benar-benar berakhir. Semoga Allah dengan limpahan kasih sayang-Nya, berkenan meridhoi, serta mengampuni dosa-dosa kita. Dan semoga kita masih bersua dengan Ramadhan tahun depan. Aamiin. (*)

Cilacap, 170520

#Day28
#BPNRamadan2020

Tips Berhemat Kala Lebaran Ala Saya



Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Manusia dikaruniai kemampuan menyesuaikan diri dengan keadaan, seekstrem apa pun. Nggak percaya? Coba tengok ke kutub Utara yang penuh es, atau gurun pasir yang gersang, atau ke pulau-pulau terpencil di tengah laut, ada saja sekelompok orang yang memilih tinggal dan mampu bertahan hidup di sana, bukan?

Termasuk kondisi serba kurang menjelang lebaran kali ini. Meskipun terasa susah, tapi kita pasti bisa menyiasatinya, dengan berhemat misalnya.

Idih, tiap hari juga udah berhemat, kurang apa lagi coba? Kurang ajar, Eh. Nggak, ding. 😆 Ini berhemat khusus  saat lebaran, kok. Coba yuk, disimak.

1. Gunakan bahan-bahan yang tersedia di sekitar rumah, untuk membuat masakan spesial lebaran


Lebaran kali ini lupakan dulu segala yang berdaging. Bikin yang nggak biasa aja.  Di belakang rumah saya banyak ditanam lumbu kobis, tiungke (singkong),  pepaya, lumbu bisono, kemangi, kenikir, bayam. 




Semua bahan tersebut bisa diolah menjadi macam-macam menu seperti:  oseng lumbu kobis, kluban daun singkong+pepaya, lodeh daun singkong, oseng daun pepaya, sambal lalap kemangi dan kenikir, peyek bayam, Bisono rebus. Anti mainstream, sehat, dan hemat.

2. Beli yang memang dibutuhkan, tunda dulu yang diinginkan


Kalimatnya belibet nggak? Nggak, ya. Udah jelas maksudnya. Bahwa kita kudu bijak memilah mana kebutuhan mana keinginan, supaya uang yang dikeluarkan nggak boros.

3. Tutup mata dan telinga dari iklan


Terkadang hati kita sudah mantap beli hanya barang A, ehh, gara-gara iklan keputusan berubah malah jadi beli barang B. Otomatis anggaran ikut berubah. Makanya, kalau kita ingin berhemat, sementara waktu hindari cuci mata, ya.

Itulah 3 tips berhemat ala saya. Semoga bermanfaat. Salam. (*)

Cilacap, 16-170520

#Day27
#BPNRamadan2020

Sabtu, 16 Mei 2020

Cilacap, Home Sweet Home



Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Sudah jelas lebaran kali ini nggak ada acara mudik. Yang artinya keluarga kami nggak kumpul-kumpul bareng adik-adik, dan bapak saya di Patikraja. Kami pun menghapus agenda keliling rumah saudara di Purwokerto. Babai pula acara jalan-jalan menikmati wisata di kota pelajar itu. Yamogimanalagi, ya, kan? Kewajiban kita mematuhi himbauan positif dari pemerintah.

Jadi daripada terus gabut nggak jelas, kini program lebaran saya dan keluarga ialah: Cilacap, Home Sweet Home. 😁
Yak, Cilacap akan jadi rumah tunggal kami. Yeaaayyyy!

Foto: GPS tracker.

Sebenarnya, sih, bicara silaturahmi keluarga, di kota ini banyak kaum kerabat dari pihak si Abi, termasuk bapak mertua saya. Mungkin nantinya kami bakalan mengunjungi beliau, termasuk beberapa kerabat terdekat. Toh, mereka semua tinggal di wilayah kota, nggak pake mblusuk ke pinggir wilayah Cilacap (nan luas ini).

Umpama kemungkinan tersebut di atas terlaksana, tentu kami tetap mengikuti beberapa protokol kesehatan; pakai masker, cuci tangan dengan sabun dan air sering-sering, dan tidak salaman sembarangan. Plus bepergian tidak dalam jangka waktu terlalu lama. Ya, seperti itu gambarannya.

Baiklah, rencana sudah dibuat. Sekarang saatnya saya kembali konsen mengisi hari-hari Ramadhan, yang hampir berakhir ini.

Bye, Sobat. (*)

Cilacap, 15-160520


#Day26
#BPNRamadan2020

Kamis, 14 Mei 2020

Mudik Nggak, Ya?

Foto: Pixabay

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

🎶 Lebaran sebentar lagi 🎶

Hae hae hae, Sobatku. Lebaran memang sebentar lagi tiba. Kalian yang sedang di rantau, pasti ngerasa sedih ingat orangtua, dan keluarga. Ingin ketemu, ingin sungkeman, ingin melepas rindu. Percayalah, kalian nggak sendiri.

Musibah pandemi ini memang di luar dugaan siapa pun. Jika kita ikuti  berita di lini masa, maupun media elektronik mengenai perkembangan data penyebaran Covid-19, maka kita akan tahu bahwa kurva belum melandai.

Tak heran pemerintah--meskipun terkesan tumpang tindih dan menimbulkan reaksi negatif--mengeluarkan berbagai himbauan, dan larangan kepada rakyat. Yang terbaru adalah larangan mudik dan pulang kampung.

Kenapa ada larangan demikian? Karena dikhawatirkan para pemudik atau orang dari luar kota ini justru membawa virus covid-19 dalam tubuhnya,  lalu menularkannya di kota tujuan. Sehingga menimbulkan ledakan kasus baru. Oleh karena  itu masyarakat diminta bersabar demi kepentingan umum.

Demi menegakkan aturan yang berlaku hingga 31 Mei 2020 ini, didirikanlah posko-posko pengamanan pemudik (istilah lainnya "check point") di daerah perbatasan antar wilayah. Sanksi tegas berupa denda atau kurungan pun menanti mereka yang membandel.

Lah, umpama ada di antara Sobat yang orangtuanya meninggal dunia di daerah asal? Masa nggak boleh pulang? Emm, kalau saya tak salah baca, keadaan di atas termasuk kondisi khusus; asal membekali diri dengan surat keterangan yang ditentukan, maka Sobat boleh mudik.

Jadi secara umum, dalam hemat saya, jika kita tidak memiliki alasan yang mendesak maka lebih baik tak usah mudik lebaran ini. Kita bisa menggantinya dengan komunikasi via ponsel, bukan?

Semoga bermanfaat. (*)

Cilacap, 140520

#Day25
#BPNRamadan2020

Sesuatu yang Dirindukan Saat Lebaran

Foto keluarga. Dokpri.


Sepagi ini Hanna sudah terlihat sibuk mengisi jurnal Ramadhan-nya. Jurnal yang ia dapatkan dari Bu Guru Agama tersebut berupa lembaran-lembaran printout warna-warni; isinya panduan bagi orangtua dalam mendampingi anak beribadah di bulan Ramadhan, tabel kegiatan yang bisa diisi sendiri oleh anak, dan ide-ide kegiatan #dirumahsaja.

"Mi, bentar lagi lebaran, ya?" celetuknya.

"Hmm? Iya kayaknya," jawab saya sekenanya.

"Iya, nih. Kita kan udah puasa sampe hari ke 20." Ia menyodorkan tabelnya.

Benar juga, sih. Beneran nggak terasa puasanya, batin saya.

"Mi, besok lebaran kita ke Patikraja lagi, kan?"

Pertanyaan Hanna membuat saya tertegun. Buku yang tengah saya baca terpaksa saya tutup dulu. Mata bulat Hanna memperhatikan reaksi saya.

"Aku kangen sama Tante Jora, Om Jahid, Om Agung, Revi, Tante Devi, Mbah Hari, ... Kangen kumpul-kumpul. Aku pengin main sama teman-temanku yang di Patikraja," cerocosnya lagi.

Aduh, anak-anak memang polos sekali. Hati saya jadi terenyuh. "Tahun ini kita nggak kemana-mana, Na. Soalnya kondisi di luar masih belum memungkinkan," saya mencoba menjelaskan. Hanna manyun.

"Apa gara-gara korona, Mi? Kapan sih, koronanya selesai?"

"Kalo kapan, Umi nggak tahu Hanna. Ayo, Hanna bantu juga dengan minta sama Allah," jawab saya, "teruuus ... Hanna juga jangan malas diingatkan cuci tangan pakai sabun, jaga kebersihan, jangan kebanyakan main di luar rumah."

"Iiih, Umi. Memangnya kalo aku cuci tangan pakai sabun, koronanya pergi?"

"Iya, mudah-mudahan. Bisa, kan?" Kali ini gadis kecil saya hanya mengangguk singkat.

Nggak cuma Hanna yang kangen silaturahmi dan kumpul-kumpul bareng keluarga pas lebaran, saya pun demikian. Mengajak anak-anak keliling menjumpai sesepuh, bertukar cerita tentang hal-hal keseharian, icip-icip makanan khas lebaran, sejenak melepaskan rutinitas di rumah, itulah yang saya kangeni.

Mungkin lebaran esok kami tetap bisa bertemu sanak keluarga yang dekat rumahnya. Atau bisa jadi beberapa handai taulan terdekat mengunjungi kami. Tetapi suasananya tetap saja tidak semeriah lebaran sebelumnya.

Tak mengapalah. Tahun ini bisa melalui Ramadhan secara lebih bermakna, adalah hal yang pantas kami syukuri.

"Umi, berarti besok angpauku jadi sedikit, dong?"

Ya ampun, Hanna. (*)

Cilacap, 13-140520

#Day24
#BPNRamadan2020